Mengenal NOSSTRESS
Nosstress adalah band folk asal Bali yang telah meneluncurkan tiga album penuh yaitu;
Perspektif Bodoh (2011),
Perspektif Bodoh vol. 2 (2014)
dan Ini Bukan Nosstress (2017).
Selain itu, trio yang terdiri dari Cok Bagus (cahon, harmonika, pianika), Kupit (vokal, gitar) dan Man Angga (vokal, gitar) ini juga berkontribusi pada sejumlah proyek lepasan yang masing-masing punya cerita.
Bermain dengan blues dan folk dalam alunan pop, Nosstress menyederhanakan kritik, optimisme, dan kepedulian terhadap lingkungan dalam cerita-cerita yang ringan tanpa mencekoki pendengarnya, bahkan menempatakannya dalam narasi keseharian hidup untuk kita semua, didendangkan dengan suka cita.
Di balik musiknya yang sederhana, Nosstress punya muatan politik yang sangat kental.
Salah satu kontribusinya yang paling depan adalah gerakan panjang Bali Tolak Reklamasi.
Bersama dengan banyak musisi asal Bali lainnya, mereka berkampanye menentang kebijakan politik yang dianggap merugikan alam itu.
Tidak hanya soal politik, secara sadar, Nosstress juga memilih untuk menceritakan hal-hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari itu. Dan harus diakui, itu membuat mereka menarik.
Mendengarkan musik Nosstress secara intens, seolah mendapat cakrawala baru tentang bagaimana hidup dijalankan di Bali yang tidak melulu tentang perkara turisme.
Perjalanan Karir Di Dunia Musik | NOSSTRESS
Setelah berulangkali berganti personel, aliran musik dan nama sejak tahun 2007, akhirnya lahirlah trio folk Nosstress di tahun 2008. Man Angga (Gitar/Vokal), Kupit (Gitar/Vokal) dan Cok Bagus (Kajon/Harmonika/Pianika). Dari hanya membawakan cover version secara akustik, Angga, Kupit dan Cok mulai menciptakan karya-karya originalnya hingga pada medio Oktober 2011 Nosstress secara resmi merilis album perdananya berjudul “Perspektif Bodoh” yang dilauching di Serambi Art Antida (kini Antida Sound Garden), Denpasar.
Bermain dengan blues dan folk dalam alunan pop, Nosstress menyederhanakan kritik, optimisme, dan kepedulian terhadap lingkungan dalam cerita-cerita yang ringan tanpa mencekoki pendengarnya, bahkan menempatakannya dalam narasi keseharian hidup untuk kita semua, didendangkan dengan suka cita.
Berselisih waktu tiga tahun dari album pertama, dan sempat selama sebulan menggelar tour ke Eropa bertajuk “From Bali to Europe” di bulan Juni-Juli 2014, tahun ini Nosstress kembali hadir dengan karya-karya terbarunya yang dirangkum ke dalam album bertajuk “Perspektif Bodoh II” yang dilaunching pada akhir Agustus 2014 di Taman Baca Kesiman, Denpasar.
“Kadang kita justru bisa menemukan inti masalah dengan memandang secara sederhana saja. Jadi ‘Perspektif Bodoh’ itu memandang dengan kesederhanaan, sesuai dengan musiknya, sederhana.” – Angga Nosstress
Transformasi Nosstress yang Dibully Ketika SMA
Sebelum naik daun seperti saat ini, mereka korban bullying ketika bermusik di sekolah.
Nosstress belum terbentuk ketika Nyoman Angga, Gunawarma Kupit, dan Cok Bagus Pemayun bersekolah di SMA negeri yang sama, di bilangan Jl Kamboja, Denpasar.
“Saya sekelas dengan Cok, seorang pemuda punk rock ganteng. Angga, adik kelas yang kala itu juara umum di jurusannya, punya selera musik yang hampir sama dengan saya. Kami berdua juga sempat gandrung dengan music punk. Namun, mulai insyaf setelah punya gitar akustik dan rajin membeli MBS (majalah lirik lagu dengan kord),” kata Kupit, yang berkampung halaman di Ulakan, Karangasem ini.
Angga selain pintar secara akademis juga pernah juara nyanyi ketika ultah Sisma. Suara pria berponi ini memang lebih meliuk-liuk di antara ketiganya. Coba deh dengar Bersama Kita, track no 3 di Perspektif Bodoh, album pertama Nosstress.
“Duduk sambil melihat wanita cantik menyapa
dan diam lagi ketika pria bekerja
Itu-itu aja.
Bekerjalah, berfikirlah.
Bekerja walau dengan duduk
berpikir walau dengan diam.”
Penggalan lirik On the Job Trainning yang disenandungkan Angga. Seperti musikalisasi puisi.
Sementara Kupit, kini lebih suka gondrong ini sempat ikut lomba mekidung. Olah mulut di dua lomba genre berbeda, keduanya toh akhirnya terdampar di kelompok paduan suara Sisma. Angga dan Kupit lalu ikut audisi band sekolah, membawakan lagu band Radja! “Wah pas SMA kita masih pacul sekali seperti muncuk don biu,” seru Kupit.
Keriangan bernyanyi dan bermusik tak menyenangkan semua orang. Kupit berkisah kepala sekolahnya (kepsek)-nya ketika itu tak menyukai acara musik. Menurut Kupit, saat upacara bendera kepsek sering bilang begini, “Pulang sekolah kongkow-kongkow ambil gitar, genjrang genjreng sing karuan entekan, mau jadi apa kamu, Nak?”
Di Tuduh Bikin Rusuh
Dalam satu kesempatan setelah tamat SMA, Kupit sempat diundang untuk mengisi acara ultah Sisma. Baru melangkahkan kaki ke panggung dengan gitar akustik di tangan, Pak Kepsek berteriak sambil menunjuk ,“Eh gus kamu turun, ngapain kamu main musik di sini? Mau buat rusuh ya? Saya bisa laporkan kamu ke polisi,” cerita Kupit yang menulis sebagian besar lirik lagu.
Kenangan tentang sekolah itu tak hanya tergambar dalam cerita Kupit. Masa berpakaian putih abu-abu itu juga terlihat menginspirasi sejumlah lirik di album pertama mereka. Di antaranya Smokking Kills.
“Saya bergaul dan tidak anti dengan orang-orang yang merokok. Itu kan pilhan mereka,” kata Kupit.
Namun, mereka menyampaikan pertanyaannya sendiri tentang gaya hidup merokok tersebut. “Aku mulai berpikir apa dilarang mati dengan cara yang tadi, dan aku mulai berpikir tak cukup hanya dengan menulis kata ini.” Kutipan lirik yang mengkritik pemerintah tidak tegas dengan peraturan peredaran rokok, dari sudut pandang nonsmoker.
Penulisan lirik lagu ini berawal ketika pada suatu pagi kami ketiganya menemukan bungkus rokok Marlboro berisikan tulisan SMOKING KILLS. “Tulisan besar di depan bungkusnya, tapi untuk apa? Tetap aja pabrik rokok makin menggila dan dijual bebas di negeri ini. Saya dengar sih kalau di luar negeri ndak separah ini peredaran rokoknya,” ungkap pemilik akun twitter @gunaqupitt ini.
Ketiganya pernah mengisap rokok, lalu berhenti. Lirik lagu ini bisa jadi klise di mata perokok, tapi toh faktanya sikap orang yang memilih tak merokok jarang mendapat dukungan di tengah pergaulan.
Mengisi Acara Nikahan
Kisah menuju nama Nosstress punya ceritanya sendiri. Beberapa bulan setelah tamat SMA, Cok main ke rumah dan melihat Kupit dan Angga bermain gitar sambil nyanyi. Cok mengajak untuk membentuk band akustik bersama beberapa teman lainya. Terbentuklah “Crocourt Acoutic”, format enam personil dengan membawakan lagu-lagu cover version.
Mereka manggung dari satu ulang tahun ke ulang tahun lainnya, bazaar, nikahan dan lainnya. Di luar Crocourt ketiganya juga punya band bersama satu teman lainnya (Reza) bernama “Stackato"
0 Response to "NOSSTRESS - MENGENAL BAND FOLK LOKAL ASAL BALI | LAGULOELAGUE LYRICS"
Post a Comment